Pelimpahan Jasa merupakan konsep spiritual yang memiliki banyak bentuk dan makna di berbagai tradisi agama dan budaya Buddha di seluruh dunia. Pernahkah Anda merasa bahwa tindakan baik yang Anda lakukan tidak pernah cukup terlimpahkan? Ketika Anda membantu orang lain, tetapi Anda merasa bahwa Anda tidak mendapatkan apa-apa dari tindakan Anda tersebut. Jika demikian Anda belum melakukan pelimpahan Jasa yang benar.
Praktik pelimpahan jasa dipercaya umat Buddha dalam membantu kita mengembangkan cinta kasih, belas kasih dan kebijaksanaan, dan praktik ini besar kaitannya dengan konsep karma ajaran Buddha, yang mengajarkan bahwa tindakan baik akan membawa kebaikan dalam kehidupan seseorang. Konsep ini telah kita bahas di artikel sebelumnya, silahkan Anda baca tentang konsep karma tersebut.
Dalam artikel saya ini kita akan membahas bagaimana cara seseorang melakukan pelimpahan jasa dengan benar, kita juga akan membahas manfaat pelimpahan jasa bagi umat Buddha yang melakukan tradisi tersebut.
Table of Contents
Apa itu Pelimpahan Jasa?
Pelimpahan jasa atau di kenal juga dengan pattidana yang berasal dari bahasa Pali, yang merupakan suatu tindakan mempersembahkan kebajikan atau tindakan spiritual Buddhis ketika jasa-jasa dari seorang umat Buddha yang dihasilkan dari perbuatan baik dilimpahkan kepada kerabat yang telah meninggal, kepada dewa, atau kepada semua makhluk hidup.
Pattidana merupakan ungkapan bentuk wujud rasa bakti dan hormat kepada mendiang para Buddha dan orang tua dan kerabat yang telah meninggal dunia, baik di kehidupan sekarang atau kehidupan sebelumnya. Praktik ini di dasarkan pada keyakinan bahwa pahala yang kita peroleh dari tindakan baik tidak hanya bermanfaat bagi diri kita sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi makhluk lain.
Tahukah Anda, bahwa perlimpahan jasa merupakan kewajiban para anak atau saudara yang masih hidup. Kenyataannya kita telah berpisah secara fisik dengan para leluhur, orang tua saudara yang telah meninggal dunia, akan tetapi secara spiritual dan hati kita belum terpisah. Buddha dalam Sigalovada Sutta, Digha Nikāya menjelaskan kewajiban hidup bermasyarakat kepada pemuda Sigāla. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh anak kepada orangtua yang telah meninggal adalah melakukan kebajikan dan mempersembahkan kebajikan tersebut.
Cara Melakukan Pelimpahan Jasa Dalam Agama Buddha
Sebelum kita melakukan pelimpahan jasa, kita haruslah terlebih dahulu melakukan suatu kebajikan. Kemudian jasa kebajikan tersebut barulah dilanjutkan kepada para mendiang dengan harapan kita masing-masing, seperti contoh, berharap “semoga dengan kabajikan yang saya lakukan ini dapat membawa nikmat bagi para leluhur, keluarga dan semua makhluk yang memiliki hubungan karma dengan saya dimana pun mereka berada.”
Pelimpahan jasa ini dapat kita lakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
Memiliki Niat yang Murni
Hal pertama yang terbilang penting dalam pelimpahan jasa adalah niat yang murni dan baik. Jika niat kita tidak murni, maka pelimpahan jasa kita tidak efektif.
Berbeda dengan doa atau Mantra Buddha Pelindung diri dan makhluk, niat baik ini lebih mengutamakan keihklasan pada cinta kasih, belas kasih dan kebijaksanaan yang akan kita lakukan. Jika niat kita murni dalam melakukan tindakan kebajikan, kita akan merasakan bahwa kita telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Dan dengan niat tersebut Anda telah menyempurnakan praktik pelimpahan jasa yang tepat.
Sesuai Dengan Ajaran Dhamma
Pelimpahan jasa sesuai dengan ajaran Dhamma meliputi mengikuti Jalan Ariya Berunsur Delapan. Yang menjelaskan jalan menuju lenyapnya penderitaan (Dukkha) dan mencapai pencerahan. Jalan Utama Berunsur Delapan merupakan bagian keempat dari Empat Kebenaran Mulia.
Mengikuti jalan berunsur delapan, pelimpahan jasa yang kita sampaikan untuk para orang tua, keluarga dan kerabat yang telah meninggal dunia akan menuntun mereka pada pencerahan dan pembebasan dari penderitaan di kehidupan selanjutnya.
Bakti Kepada Makhluk Hidup
Anda mungkin penasaran bagaimana sikap dan tindakan yang seharusnya tentang konsep pelimpahan jasa yang menghubungkan seseorang harus melakukan bakti kepada makhluk hidup. Dalam agama Buddha tindakan tersebut termasuk pada tindakan seseorang dalam membantu makhluk lainnya yang masih hidup mencapai kebahagiaan.
Banyak tindakan yang di ajarkan di dalam agama Buddha seperti memberikan bantuan makanan kepada orang yang kelaparan, membantu orang sakit, atau memberikan bantuan kepada tetangga dan kerabat yang membutuhkan. Tindakan tersebut merupakan bentuk nyata dari pelimpahan jasa yang nantinya kita peroleh untuk para leluhur, keluarga yang telah meninggal dunia.
Pelimpahan Jasa Kepada Para Leluhur
Seperti yang kami bilang di atas, bahwa seorang anak yang masih hidup untuk melakukan kebajikan dan mempersembahkan kebajikan tersebut kepada orang tua, leluhur, yang telah meninggal dunia.
Umat Buddha melakukan pelimpahan jasa berdasarkan konsep yang diyakini, bahwa pattidana bentuk ungkapan rasa bakti kepada leluhur yang telah meninggal dunia dengan harapan mereka dapat terlahir kembali (reinkarnasi) di alam bahagia (surga).
Meditasi dan Doa
Pelimpahan jasa bisa di lakukan kapan saja. Paritta yang berasal dari bahasa Pali (perlindungan), yang dibaca memuat doa agar jasa-jasa kebajikan terbagikan kepada para makhluk tanpa batas. Mengetahui pelimpahan dana kebajikan ini, hendaknya mereka bersyukur dan para dewa yang memberkatinya.
Membaca Paritta di setiap pagi dan sore, agar kita selalu mengingat pada ajaran sang Buddha dan memberikan limpahan jasa kepadanya juga kepada para orang tua, kerabat dan keluarga kita yang telah meninggal dunia.
Pengembangan Diri
Perlu untuk kita ketahui, bahwa kita sebagai manusia tidak dapat terlepas dari tiga hal, yaitu usia tua, sakit, dan kematian. Pada saatnya nanti rambut akan beruban, tenaga akan berkurang, kulit akan keriput dan penyakit bisa terjadi kapan pun, demikian juga dengan kematian akan dialami oleh setiap manusia dan tidak bisa menolaknya.
Maka dari itu, pelimpahan jasa yang kita lakukan pada saat ini memberikan pemahaman atas tindakan kebajikan yang memberikan manfaat besar bagi kita nantinya di masa kematian tiba.
Berkumpul Bersama
Pelimpahan jasa biasanya bagi agama Buddha di lakukan pada tradisi atau peringatan yang dinamakan Cheng Beng yang merupakan tradisi penting masyarakat Tionghoa. Karena seluruh anggota keluarga berkumpul bersama melakukan ziarah ke makam orang tua dan para leluhur. Cheng Beng merupakan ritual tahunan masyarakat Tionghoa yang terus dilestarikan hingga saat ini. Termasuk oleh masyarakat Tionghoa yang memeluk agama Buddha.
Nah, pentingnya tradisi ini di lakukan dan di lestarikan hingga saat ini, memberikan pengajaran dan pandangan pada generasi sekarang tentang kebersamaan keluarga dan kepedulian antar keluarga hingga melakukan kebajikan pada keluarga terdekat, hal tersebut termasuk pada pelimpahan jasa kepada leluhur yang telah meninggal dunia.
FAQ
Bagaimana cara kita bisa melakukan pelimpahan jasa dalam kehidupan sehari-hari?
Jawab : Anda dapat melakukan pelimpahan jasa dengan memulai dengan niat yang tulus, menjalani hidup sesuai dengan ajaran Dhamma, membantu mereka yang membutuhkan, dan dalam praktik meditasi atau berdoa secara teratur.
Apakah pelimpahan jasa hanya berlaku dalam agama Buddha?
Jawab : Meskipun artikel ini fokus pada konteks agama Buddha, konsep pelimpahan jasa adalah nilai universal yang dapat ditemukan dalam banyak agama dan budaya di seluruh dunia.
Pelimpahan jasa adalah konsep yang kuat dalam agama Buddha, dan juga memiliki relevansi yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti tindakan yang telah kita bahas di atas, kita dapat mengembangkan sikap kemurahan hati yang mendalam.
Dengan begitu, kita tidak hanya memberikan manfaat kepada orang lain tetapi juga mengembangkan kualitas positif dalam diri kita sendiri.
Jadi, menjawab pertannyaan Anda di atas dan juga merupakan penutup artikel kita kali ini tentang bagaimana caranya kita melakukan pelimpahan jasa? Jawabannya sederhana, dengan hati yang tulus dan tindakan yang baik.
Selamat mempraktikkannya!