Pernahkah Anda mendengar reinkarnasi? Istilah ini di yakini oleh orang Buddha dalam dalam penerapan ajaran agama. Istilah reinkarnasi dalam agama Buddha diketahui sebagai istilah yang menjelaskan tentang kembali lahirnya sebuah jiwa.
Pernahkah Anda berfikir atau mempertanyakan apa yang terjadi setelah manusia meninggal dunia, apakah hanya terputus sampai disitu saja ataukah ada kehidupan setelah kematian dan bahkan apakah akan terjadi proses reinkarnasi, seperti ajaran lelulur tentang Reinkarnasi Dalam Agama Buddha.
Mengkaji lebih dalam tentang reinkarnasi suatu kepercayaan bahwa seseorang akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain. Yang dilahirkan itu bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaan kita saat ini. Yang lahir kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud tertentu sesuai dengan hasil pebuatannya terdahulu.
Meyakini sebuah agama, merupakan sesuatu yang sangat pribadi bagi umat manusia. Karena setiap manusia membutuhkan nilai-nilai spiritual yang kemudian menjadi pegangan hidup, sebagai yang benar atau tidak benar.
Begitupun dengan Agama Buddha, memiliki konsep keyakinan yang mungkin sedikit berbeda dengan konsep keyakinan milik agama lain. Bahkan Buddha meyakinkan para umatnya akan reinkarnasi yang menjadikan kembali lahir pada kehidupan berikutnya.
Namun pada ajaran Buddha filsafat reinkarnasi ini diajarkan oleh sang Buddha dalam doktrin yang mendasar disebut anatta, atau anatman yang diartikan tidak ada jiwa atau tidak ada diri. Bermakna akan tidak ada hakikatnya permanen dari individu yang terbebas dari kematian.
Pada hakikatnya semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan terus-menerus tumimbal lahir.
Reinkarnasi proses lahir kembali tanpa meninggalkan sesuatu “jiwa” yang lama, dimana jiwa yang lama pada tubuh yang baru masih memiliki ingatan tentang kehidupan terdahulu.
Sedangkan pada tumimbal lahir yang merupakan kelahiran yang baru, berarti tidak ada jiwa dan atau kesadaran yang di bawa.
Kelahiran terus-menerus terjadi pada tumimbal lahir layaknya seperti ada satu tempat yang meninggal, dan di tempat lain ada satu bayi yang di lahirkan.
Sering kali seorang Buddhis membicarakan tentang “kelahiran kembali” yang bermakna tidak ada suatu diri yang kekal berpindah setelah kita mati, namun energi yang memberikan penyambung pada kehidupan berikutnya, ibaratnya pada api lilin yang menyala dan diteruskan pada lilin berikutnya, tidak ada lilin yang berpindah, melainkan lilin tersebut memiliki sumbu lilin lainnya yang membuat lilin berikutnya menyala.
Begitu pula dengan kehidupan kita yang terlahir kembali (konsep renkarnasi) karena masih ada kehidupan berikutnya sebagai penyambung kehidupan sebelumnya.
Table of Contents
Proses Reinkarnasi Dalam Agama Buddha dan Tahapannya
Dalam agama Buddha, para Buddhisme yang meyakini proses reinkarnasi, menurut mereka proses kelahiran kembali yang dijelaskan melalui sebab-akibat yang bergantungan. Menurut para Buddhisme yang secara umum berbunyi “dengan munculnya ini maka muncullah yang lainnya, dengan lenyapnya ini, maka lenyaplah yang lainnya.”
Karma dan kelahiran kembali dalam agama Buddha dijelaskan rumusan sebab akibat bergantungan dengan batin dan jasmani saat ini perbuatan dilakukan.
Melalui akibat perbuatan tersebut, batin dan jasmani baru terbentuk pada kehidupan berikutnya, tanpa adanya sesuatu/entitas yang berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.
Jadi, konsep karma dan kelahiran kembali ini tidak melibatkan entitas metafisik apa pun (apakah yang disebut energi, roh/jiwa, atau kesadaran yang berpindah) dan ini sangat logis karena berdasarkan konsep kausalitas semata-mata dalam reinkarnasi pada Buddha.
Secara umum pada proses kalahiran kembali (dan bekerjanya hukum kamma/karma, dengan melalui akibat dan perbuatan, batin dan jasmani akan terbentuk untuk kehidupan berikutnya. Berdasarkan rumusan kemunculan pada reinkarnasi pada proses kelahiran kembali secara spesifik dijelaskan sebagai berikut.
Kelahiran
Ketidaktahuan (avijja), merupakan pemahaman dan menembus empat kebenaran mulia sebagaimana adanya, adalah akar atau faktor penyebab utama kelahiran kembali. Didorong oleh ketidaktahuan, makhluk-makhluk melakukan perbuatan melalui pikiran, ucapan, dan jasmani, perbuatan ini didahului oleh kehendak (cetana).
Pembuahan
Bentuk kehendak (sankhara) yang membangun kekuatan karma dan menyebabkan adanya kesadaran (vinnana) pada kehidupan baru di dalam rahim. Dengan adanya kesadaran maka akan lahir tubuh jasmani, (rupa) yang terbentuk dari sperma dan ovum orang tua dengan melahirkan faktor-faktor seperti perasaan yang muncul sebagai janin/embrio.
Kehamilan
Kesadaran pada perasaan dan tubuh, dan janin yang menyertai kesadaran/pikiran inilah yang membentuk kehidupan baru pada janin.
Kelahiran
Kemunculan fisik yang meliputi organ-organ indria yang disebut enam landasan indria (salayatana), yaitu pancaindria dan indria pikiran (mano), terbentuk pada janin tersebut.
Kehidupan
Bayi
Bayi menjadi landasan munculnya indria yang menggabungkan dengan wujud nyata menjadi nyawa yang terlahir yang dimulai dengan bayi menjadi anak-anak dan menuju kembali pada remaja kehidupan selanjutnya menjadi dewasa dan penjelmaan yang menjadikan manusia menjadi tua.
Anak-anak
Semakin dewasa anak tersebut semakin berkembang indria-indrianya dan semakin banyak kenikmatan indria yang dialaminya dari objek-objek indria di sekitarnya.
Remaja Kembali menjadi remaja yang merasakan ketika indria menaggapi objeknya, maka terjadi kontak (phassa) di mana kesadaran mengetahui adanya objek tersebut. Ketika terjadi kontak tersebut maka perasaan senang yang akan muncul.
Misalnya mata melihat objek lawan jenis yang menarik, maka muncul perasaan (vedana) yang bersifat menyenangkan. Jika objeknya tidak menyenangkan, misalnya orang atau benda yang tidak diharapkan, maka muncul perasaan tidak menyenangkan.
Dewasa
Dewasa akan kehidupan selanjutnya dari remaja, pada tahapan ini pertumbuhan manusia telah mencapai pada kegembiraan dan pengharapan akan tahta yang dikejar.
Ketika kegembiraan muncul dibawah sadar bagi seseorang untuk bergembira dan menyambutnya sehingga memunculkan ketagihan (tanha) atau keinginan/nafsu. Ketika seseorang terus-menerus menggenggam erat pada keingian/ketagihan ini, maka muncullah kemelekatan (upadana).
Tua
Ketika manusia didorong oleh kemelekatan, akan muncul kesadaran terakhir pada seseorang pada saat seseorang memasuki usia 50 tahun, pada kehidupan masa lanjut usia atau tua ini kemampuan pada organ-organ tubuh mulai mengalami penurunan dan berlanjut pada kehidupan berikutnya.
Kematian
Kematian dapat menjelma ke kehidupan berikutnya yang di maksud dengan penjelmaan (brava). Dengan terjadinya penjelmaan (brava) di kehidupan baru, maka akan terjadi kelahiran (jati) pada kehidupan berikutnya. Dengan dilahirkan ke dunia, seseorang mengalami usia tua dan kematian (jaramarana).
Sakit
Karena usia tua dan kematian, maka dalam kehidupan ini seseorang mengalami berbagai kesensaraan yang di hadapkan mulai dari kesedihan, ratapan, kesakitan, kesengsaraan, dan keputus-asaan hingga perpisahan dari tubuh. Inilah asal mula penderitaan (dukkha) atau ketidakpuasan dalam kehidupan ini seperti yang diajarkan Sang Buddha dalam ajaran Buddha.
Disamping itu menurut Abhidhamma Theravada, saat kematian suatu makhluk dari satu alam menuju kelahiran di alam berikutnya dianggap berlangsung tanpa jeda, yaitu saat kesadaran terakhir di kehidupan ini (kesadaran kematian/cuti citta) lenyap maka kesadaran berikutnya pada kehidupan baru (kesadaran kelahiran kembali/patisandhi vinnana) langsung muncul seketika di alam baru.
Apakah reinkarnasi itu Nyata?
Berdasarkan buku “Life Before Life” yang menceritakan tentang kisah seseorang anak yang memiliki ingatan reinkarnasi.
Maka hal ini menjadi perbincangan dunia saat itu, Seorang peneliti bernama Dr. J Tucker, mewawancarai 2500 anak yang dengan ciri-ciri seperti ( tanda lahir yang dimilikinya mirip dengan orang yang sudah meninggal)
Lantas apa hasilnya? Kunci memahami reinkarnasi ada pada Consciousness ((kesadaran) Manusia.
Setiap manusia memiliki consciousness (kesadaran pikiran) dan ini bisa diamati melalui latihan meditasi. Di dalam consciousness ini lah tersimpan semua memory dan ingatan alam bawah sadar kita. Ketika tubuh jasmani mati, consciousness akan lepas meninggalkan raga yang sudah mati dan mencari host (tubuh) yang baru.
Kasus ini melibatkan ingatan seorang anak kecil pada kejadian masa lalu, Yang menariknya adalah 100 % data subjek pada anak kecil tersebut, rata-rata anak kecil cenderung mengingat kejadian masa lalu pada 35 bulan atau sekitar 3 hingga 4 tahun.
Kita sering kali menjumpai seorang anak kecil yang bermimpi dan bercerita tentang kehidupan masa lalunya, yang dahulu menjadi seorang dokter, atau bahkan menjadi pilot.
Bayangkan saja, bagaimana bisa seorang anak kecil dapat menceritakan secara detail bahwa dulunya ia adalah seorang dokter dan pilot! Apakah semua itu karangan anak kecil yang pintar? Sedangkan bapak ibunya saja tidak pernah tahu dan kenal siapa orang di kehidupan masa lalunya yang ceritakan sebagai dokter atau pilot tersebut.
Maka berdasarkan buku dan pendapat dari penulis, saya percaya reinkarnasi itu ada. Walaupun mungkin setelah kita mati, kita bisa menjadi dilahirkan kembali atau kita butuh waktu dan melewati sesuatu terlebih dahulu, sebelum kembali dalam wujud yang lain.
Terlepas dari beberapa keyakinan penafsiran akan reinkarnasi yang di jelaskan, mayoritas umat Buddha percaya akan harfiahnya apapun tindakan kita yang akan mempengaruhi kondisi kita saat ini berdampak pada masa depan.