Kisah Inspiratif

6 Konsep Kehidupan Dan Ajaran Buddha Gautama

Ceritaberkat– Hallo teman-teman! Kamu yang ingin mempelajari tentang agama Buddha, kamu harus tau dulu kalau agama Buddha itu memiliki 3 ajaran agama di antaranya Buddha Gautama, Treraveda dan Mahayana. Pada artikel ini kita akan membahas konsep kehidupan dan ajaran Buddha Gautama yang penting untuk dipelajari dan dipahami.

Ajaran agama Buddha Gautama yang dikenal juga sebagai Dharma.

Ajaran Buddha Gautama berfokus pada pengenalan penghargaan dan pemahaman akan realitas yang dihadapi manusia. Dia percaya bahwa manusia berbagi dalam satu tujuan akhir. Untuk mencapai dalam kebahagiaan dan keselamatan melalui cara hidup yang sehat. Ajarannya membantu manusia untuk mencapai keseimbangan emosi, fisik, spiritual dengan cara melakukan praktik meditasi, membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Konsep ajaran agama Buddha Gautama adalah pandangan mengenai kehidupan yang dipelajari dan diikuti oleh orang-orang yang berpegang pada ajaran Buddha Gautama. Prinsip ajaran Gautama yang menekankan pentingnya pengertian, belas kasih dan toleransi terhadap semua orang.

Ajaran Buddha Gautama adalah  Sebagian besar ajarannya terdiri dari 6 konsep utama, yaitu: renungan, perdamaian, kebenaran, pengampunan, cinta dan penerimaan. Konsep-konsep ini membantu seseorang untuk menemukan jati dirinya dengan lebih baik dan mencapai keseimbangan spiritual

Buddha Gautama adalah filsuf asal Shakya, yang sekarang disebut dengan Nepal, yang lahir di tahun 563 SM. Dia mengajarkan banyak ajaran dan konsep tentang kehidupan yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Konsep-konsep ini telah diteruskan dari generasi ke generasi dan masih relevan hingga saat ini.

kehidupan dan ajaran Buddha Gautama

Lantas apa saja 6 konsep kehidupan dan ajaran Buddha Gautama. Diantaranya :

Kehidupan Awal

Ajaran Buddha Gautama, atau Siddhartha Gautama, dimulai pada abad ke-6 SM di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Nepal utara. Siddhartha Gautama adalah pendiri agama Buddha. Ia lahir sekitar tahun 563 SM di Taman lumbini, Shakya yang sekarang disebut Nepal. Siddhartha merupakan seorang pangeran yang keluar dari istana kerajaanya untuk mencari jalan keluar dari penderitaan dunia.

Tentang kehidupan awal Buddha Gautama yang dilahirkan di taman Lumbini di kaki gunung Himalaya. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.

Selama 10 tahun lamanya pangeran Siddhartha Gautama hidup dalam kesenangan duniawi. Pergolokan batin pangeran Siddhartha berjalan terus hingga berusia 29 tahun. Pangeran Siddhartha di usia 29 tahun memutuskan untuk meninggalkan istana dan dengan ditemani oleh kusirnya, Channa. Tekadnya telah bulat untuk melakukan pelepasan agung dengan menjalankan hidup suci sebagai pertama.

Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan pertapa dan mencari pencerahan, Siddhartha Gautama mencapai pencerahan yang mendalam saat usia 35 tahun dibawah pohon bodhi di “bodh Gaya”, India.  Pada saat itu ia mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang realita sejati dan akhirnya mencapai status Buddha yang berarti “sang yang tercerahkan”.

Penemuan Penderitaan

Buddha Gautama menemukan penderitaan melalui pengalaman dalam kehidupannya. menurut kisah hidupnya, Siddhartha yang telah meninggalkan istana dan melakukan empat kunjungan di luar istana, dia pertama kali menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan manusia.

selama kunjungan pertamanya, Siddhartha melihat seorang pria yang sakit. Kemudian dai melihat seorang pria tua yang lemah dan renta. Pada kunjungan ketiga, dia bertemu dengan seorang mayat yang telah meninggal, dan kunjungan ke empat, dia berjumpa dengan seorang biksu yang mencari pembebasan dari penderitaan. Melalui perjalanan ini, Siddhartha menyadari bahwa penderitaan bagian yang tak terpisahkan dari manusia dan kehidupan yang nyaman dan terlindungi tidak dapat menghindarkannya.

Selama masa pertapaan, Siddhartha menjalani kehidupan asketik yang ketat, dan mencari jawaban-jawaban dari pertanyaan tentang penderitaan dan arti sejati dari kehidupan. Dia menyadari praktik-praktik bahwa kehidupan duniawi yang penuh dengan kenikmatan sensual dan praktik asketik yang keras. Melalui meditasi yang mendalam, Siddhartha Gautama akhirnya mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi, di mana dia memperoleh pemahaman yang mendalam tentang sifat sejati penderitaan dan cara mengatasi penderitaan tersebut.

Pemahaman kehidupan dan ajaran Buddha Gautama tentang penderitaan menjadi dasar dari Empat Kebenaran Mulia dalam ajaran Buddha, yang mengajarkan bahwa penderitaan ada, memiliki penyebab, dapat dihentikan, dan ada jalan untuk menghentikannya.

Penemuan ini menjadi titik awal bagi perjalanan Buddha Gautama untuk mengembangkan ajaran-ajaran dan memberikan petunjuk bagi mereka yang ingin mencari jalan keluar dari penderitaan dan mencapai pencerahan.

Penyucian Diri

Buddha Gautama dalam pencarian menuju pencerahan, menjalani berbagai aspek spiritual dan pencarian yang melibatkan pengendalian diri dan upaya untuk membersihkan pikiran, emosi, dan perilaku.

Pertapaan dan Kehidupan Setelah meninggalkan istana kerajaan, Siddhartha Gautama menjalani kehidupan sebagai pertapa. Dia bergabung dengan berbagai guru spiritual dan praktik asketik, yang melibatkan penolakan terhadap kenikmatan sensorik dan pengendalian diri yang ketat, termasuk puasa dan kehidupan yang sangat sederhana.

kehidupan dan ajaran Buddha Gautama
Sumber : dongengceritarakyat.com

Selain itu Siddhartha juga menjalani Meditasi dia menghabiskan waktu yang lama dalam meditasi yang mendalam. Melalui meditasi, Siddhartha Gautama mencapai tingkat konsentrasi yang tinggi, mengendalikan pikiran dan emosi, serta memperoleh wawasan yang mendalam tentang realitas sejati.

Baca juga :  Apa Arti dari Salib Yesus Kristus Sebenarnya?

Pensucian Diri yang di capai Gautama dalam perjalanan pertapaan mengajarkan pentingnya mengendalikan nafsu dan emosi yang tidak terkendali. Dia mengajarkan bagaimana menghadapi dan mengatasi hasrat, kebencian, dan keinginan yang dapat menyebabkan penderitaan. Dalam ajarannya, dia mempromosikan kesederhanaan, rasa puas, dan kedamaian batin sebagai jalan menuju kebebasan dan kesucian diri manusia.

Pencerahan

Dalam agama Buddha pencerahan adalah salah satu bagian dari spiritual keagamaan.  Dalam mencapai pencerahan ada empat tahap pencerahan sempurna sebagai seroang arahat yang harus dicapai oleh seseorang pada kehidupan sekarang.

Adapun empat tingkatan pencerahan berupa, Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat.

Seseorang yang dikenal penting dalam agama Buddha yaitu,Siddhartama Gautama telah melalui tahapan pencerahan tersebut. Dikisahkan sebagai berikut.

Siddhartama Gautama untuk mencapai pencerahan sempurna, ia pergi ke Magadha untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri selama 6 tahun di hutan Uruvela, tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakikat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.

Pada suatu hari dalam pertapaannya, pertapa Siddharta Gautama kedatangan seorang roh pemusik/gandharva yang kemudian melantunkan sebuah syair:

“Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu”.

Nasihat itu sangat berarti bagi Gautama, namun Gautama tetap melanjutkan samadhinya di bawah pohon Bodhi di hutan gaya. Pertapaan yang dijalani oleh Gautama dengan mediasi praktik konsentrasi yang tinggi dalam mengendalikan pikiran, serta memberikan kemurnian pikiran yang jernih guna mencapai kebebasan dari pemikiran yang merugikan.

Dengan kemauan yang keras dan keyakinan yang teguh kukuh, akhirnya Siddharta Gautama telah mencapai pencerahan sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha.

Upaya menuju pencerahan dalam kehidupan dan ajaran Buddha Gautama menjadi dasar untuk setiap umat Buddha dalam kehidupan hingga saat ini.

Empat Kebenaran Mulia

Siddharta Gautama dalam ajarannya juga mengajarkan tentang Empat kebenaran Mulia dalam konsep kehidupan manusia. Empat Kebenaran Mulia merupakan konsep sentral dalam mempelajari kebenaran-kebenaran pada dasar pemahaman sifat penderitaan dan jalan keluar dari penderitaan.

Secara singkat tentang Empat Kebenaran Mulia tentang pembelajaran kebenaran penderitaan (dukkha) yang mengacu pada penderitaan dan ketidakpuasan yang melekat pada kehidupan manusia. Tentang asal-usul kebenaran penderitaan (samudaya) di jelaskan timbulnya karena adanya keinginan sensorik, dan keinginan menjadi sesuatu yang tidak bisa kita inginkan.

Kemudian kebenaran ini berlanjut pada pemberhentian penderitaan (nirodha) yang mengacu pada fakta bahwa penderitaan dapat dihentikan dengan keinginan dan pengikatan penyebabnya. Fakta tentang kebenaran yang terakhir merupakan kebenaran jalan menuju kehentian penderitaan (magga) yang di maksud dengan magga mengacu pada jalan untuk mencapai kebebasan dari penderitaan dan mencapai pencerahan.erdasarkaderitaan manusia dan memberikan panduan untuk mengatasi penderitaan tersebut. Dalam ajaran Buddha Gautama pembahasan mengenai ini bisa Anda baca Selengkapnya 4 Kebenaran Mulia Dalam Agama Buddha.

Delapan Jalan Mulia

Berdasarkan kitab Tipitaka, jalan utama berumsur delapan di temukan kembali oleh Siddharta Gautama. Penemuan berdasarkan proses dalam upaya mencapai pencarahannya.

Sutta menggambarkan sebagai sebuah jalan tua yang pernah dilaluinya dan menjadi teladan oleh para Buddha selanjutnya. Jalan berunsur depalan membantu pemeluk agama Buddha menuju ke kehidupan sebagai “Jalan Tengah”.

Delapan jalan Mulia merupakan bagian integral dari ajaran Buddha Gautama. Ajaran ini merupakan panduan praktis untuk mencapai kebebasan dari penderitaan dan mencapai pencerahan.

Maggānaṭṭhaṅgiko seṭṭho, saccānaṁ caturo padā; virāgo seṭṭho dhammānaṁ, dvipadānañca cakkhumā. (Di antara semua jalan, maka “Jalan Utama Berunsur Delapan” adalah yang terbaik; di antara semua kebenaran, maka “Empat Kebenaran Mulia” adalah yang terbaik.)

Eseva‚ maggo natthañño, dassanassa visuddhiyā; etañhi tumhe paṭipajjatha, mārassetaṁ pamohanaṁ. (Di antara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik; dan di antara semua mahluk hidup, maka orang yang ‘melihat’ adalah yang terbaik. Inilah satu-satunya ‘Jalan’. Tidak ada jalan lain yang dapat membawa pada kemurnian pandangan. Ikutilah jalan ini, yang dapat mengalahkan Mara (penggoda).)

Diantaranya penjelasan singkat mengenai Delapan Jalan Mulia:

  1. Pemahaman yang Benar (Samma Ditthi): Pemahaman yang Benar melibatkan pemahaman yang akurat tentang Empat Kebenaran Mulia.
  2. Niat yang Benar (Samma Sankappa): Niat yang Benar melibatkan kehendak dan niat yang positif dan bebas dari keinginan egois.
  3. ucapan yang benar (Samma Vaca : Ucapan yang melibatkan kehendak dan niat yang positif dan bebas dari keinginan yang egois.
  4. perbuatan yang benar (Samma Kammanta) : perbuatan yang benar melibatkan tindakan fisik yang baik dan moral, diantaranya kasih sayang dan keadilan.
  5. Mata pengetahuan yang benar ( Samma Ajiva) : Mata Pengetahuan yang Benar melibatkan mencari nafkah melalui cara yang jujur dan tidak merugikan.
  6. usaha yang benar (Samma Vayama) melibatkan usaha yang tekun dan tekad untuk mengembangkan kualitas yang baik.
  7. Perhatian yang benar (Samma sati) : perhatian yang melibatkan kesadaran dan pengamatan yang jelas terhadap pikiran, perasan dan pengalaman saat ini.
  8. Konsentrasi yang benar ( Samma Samadhi) konsentrasi yang melibatkan pengembangan kestabilan pikiran yang dalam.

Dengan mempelajari tentang Kehidupan dan ajaran Buddha Gautama kita akan mendapatkan kedamaian dalam kehidupan saat ini hingga mendatang. Itu dia penjelasan tentang Siddhartha Gautama dan konsep kehidupan yang menjadi pedoman dalam agama Buddha Gautama. Semoga bermanfaat dalam informasi yang teman-teman dapatkan.

Cerita Berkat

Menggali potensi diri dan mengejar kesuksesan dengan mempraktikkan manfaat kebaikan dan menerapkan motto kehidupan inspiratif.

Related Articles

Back to top button