Hallo teman-teman selamat datang dalam artikel ini. Praktik agama Buddha memiliki banyak tradisi dan kepercayaan yang memegang makna mendalam, sebelumnya kita telah membahas tentang kepercayaan agama Buddha yang dimana umat Buddha mempercayai tokoh Sang Dewa yaitu Kwan Kong atau di sebut juga dengan Guan Yu. Nah kali ini kita beranjak pada tradisi kepercayaan yang dianggap sakral dan menyimpan rahasia spiritual dalam agama Buddha salah satunya adalah kata frasa “Namo Amitofo”. Apakah Anda pernah mendengar kata frasa ini? Apa sebenarnya arti Namo Amitofo?
Sebagian umat Buddha bahkan seseorang yang ingin mempelajari tradisi Buddha, banyak yang belum mengetahui tentang makna dalam ucapan kata Namo Amitofo ini. Pentingnya kita memahami mengapa sebagai umat Buddha dengan penuh rasa penghormatan untuk mengucapkannya. Namo Amitofo bersifat kata frasa yang digunakan dalam praktik spiritual di beberapa tradisi agama terutama bagi umat Buddha. Dalam artikel ini kita akan membahas lebih detail tentang frasa Namo Amitofo yang sering di anggap sebagian orang merupakan mantra spiritual dalam meditasi umat Buddha.
Table of Contents
Arti Namo Amitofo
Namo Amitofo merupakan sebuah kata frasa yang berasal dari bahasa sangsekerta, dimana “Namo” berarti penghormatan atau persembahan, sementara “Amitofo” adalah istilah untuk menyebutkan Amitabha Buddha. Jadi secara garis besar Namo Amitofo dapat diartikan sebagai penghormatan kepada Amitbha Buddha. Amitabha adalah seorang Buddha surgawi yang dijelaskan dalam kitab suci Tripitaka aliran Buddha Mahayana.
Arti “Namo Amitofo” adalah tubuh dari Buddha Amitabha, yang di penuhi dengan kebaikan dan welas asih yang tak terbatas, kebijakan yang sempurna dan lengkap, serta mengandung pahala dan kebajikan yang luar biasa. Itu juga dipenuhi dengan cahaya Amitabha, dan semua kesempurnaan luar biasa dari dasar agama Buddha.
Kata yang berasal dari tradisi agama Buddha Mahayana ini bagi umat Buddha bukan hanya sekedar kata-kata itu sendiri, melainkan didalamnya terkandung rasa penghormatan, keyakinan dan niat positif.
Asal Usul Nama Amitofo
Doktrin tentang Namo Amitofo dapat ditelusuri ke dalam ajaran Buddha Mahayana (sutra agung kehidupan tak terhingga), terutama melalui Sutra Sukhavati yang termasyhur. Sutra ini menceritakan kisah dan pengajaran dari sang Buddha tentang kehidupan Amitabha dan Buddha-negeri Sukhavati, suatu tempat yang dijanjikan bagi para praktisi Buddha yang mencapai pencerahan.
Dalam sutra Sukhavati, terdapat kisah tentang kehidupan seorang Bodhisattva yang bertekad untuk mencapai pencerahan dan menjadi Buddha bernama Amitabha. Sebagai Bodhisattva, Amitabha membuat sumpah luhur untuk menciptakan tanah sukacita. Dimana suatu negeri yang serat dengan kebahagiaan dan cahaya spiritual, dan dengannya makhluk hidup dapat mencapai pencerahan lebih mudah.
Setelah mencapai pencerahan dari 48 sumpah yang dia buat, Amitabha menjadi Buddha dan menciptakan “tanah suci” yang disebut dengan Sukhavati (tanah kebahagiaan). Sukhavati berlokasi jauh di barat di luar tata surya kita. Dengan kekuatan sumpahnya dan ketetapan hati yang tertuang dalam 48 sumpah Amitabha yang mengambarkan tanah sukacita. Dia mengajarkan ajaran-ajaran maha bijaksana dan memberikan peluang kepada semua makhluk untuk mencapai kesucian.
Mengapa Umat Buddha Menyebut Namo Amitofo?
Mengucapkan Namo Amitofo memiliki tujuan yang mendalam bagi umat Buddha. Itu bukan hanya suara atau simbol yang dapat di visualisasikan, melainkan hidup dan aktif di mana-mana dan di sekitar kita. Tindakan spiritual sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian dan manifestasi Buddha Amitabha sebagai guru spiritual.
Nama “Namo Amitabha” memungkinkan seseorang pelafal Amitabha untuk membersihkan penghalang karmanya dan memelihara keberkahan melalui berkah Amitabha. Ini memungkinkan dia untuk mempercepat buah dari karna bajiknya dan menunda pembalasan karma negatif. Itu dapat memperpanjang hidup seorang umat Buddha dan mencegah bencana.
Menurut Sutra Amitabha, nama “Namo Amitofo” memastikan bahwa Buddha Amitabha dan banyak makhluk bijak akan datang untuk menyambut pembaca ke tanah kebahagiaan di akhir hidupnya.
Manfaat Mengucapkan Namo Amitofo
Memperkenalkan ajaran Amitabha dalam sutra, Namo Amitofo menjadi bagian dari dharma Buddha Amitabha. Jadi kapan pun dan dimana pun kita memohon kepada Buddha (terutama melalui pengulangan nama buddha), mereka yang memanggil atau melafalkan nama Namo Amitofo akan segera terhubung dengan Amitabha, dan tidak ada yang mencegah Buddha Amitabha mencapai kita melalui namanya.
Ada berbagai manfaat ketika seseorang melafalkan Namo Amitofo dalam praktik spiritual keagamaan Buddha, diantaranya :
Namo Amitofo secara universal dirangkul dan dilindungi oleh cahayanya, tubuh alam dharma Amitabha berbentuk cahaya yang dapat merangkul, tanpa meninggalkan, mereka yang penuh perhatian padanya. Cahaya Amitabha begitu cemerlang sehingga tidak mungkin untuk menggambarkan secara rinci sinar cahaya ini, atau karakteristik fisik dan tanda-tanda nirmanakaya (tubuh transformasi Buddha) Buddha yang dipancarkan oleh cahayanya, dan seterusnya. Tetapi Buddha mengizinkan kita untuk melihatnya secara jelas dengan mata batin kita, seperti yang tertulis dalam Sutra Perenungan .
Dalam sutra Avatamsaka sutra tertera praktisi Sudhana mengunjungi senior Yu-xiang yang suka jalan-jalan ke pasar, di sana dia melatih samadhi. Namun bagi praktisi senior dan praktisi pemula tentunya berbeda, praktisi pemula harus berusaha menjauhkan diri dari keramaian. Masa kini jika dapat memperoleh keberhasilan dalam melatih diri maka prestasinya lebih tinggi daripada praktisi jaman dahulu, namun jika gagal maka kemundurannya juga begitu cepat.
Mimpi bertemu Buddha adalah tanda baik, namun jika sesekali saja tidaklah masalah, jika keseringan maka dikhawatirkan itu adalah jebakan Mara. Praktisi aliran Sukhavati dilindungi oleh para Buddha dan Bodhisattva, Mara takkan berani datang mengganggu. Di dalam Shurangama Sutra dijelaskan secara terperinci bahwa praktisi Nian Fo di saat menjelang ajal, harus menanti penjemputan dari Buddha Amitabha, jika melihat Buddha atau Bodhisattva lain datang menjemput jangan ikut dengan-Nya, hanya menanti Buddha Amitabha saja, segala kondisi baik yang muncul tidak perlu dipedulikan. Sesepuh pertama aliran Sukhavati Master Hui Yuan ketika menjelang ajal berkata bahwa sepanjang hidupnya telah tiga kali bertemu Buddha Amitabha dan Alam Sukhavati, kondisinya serupa dengan yang tertulis di dalam sutra.
Secara garis besar manfaat melafalkan Namo Amitofo, para umat Buddha atau masyarakat luas dapat menumbuhkan keyakinan, tekad dan pelaksanaan spiritual dalam menyebut nama Amitabha. Agar pahala sekarang bisa selamat, sehat, sentosa, dan kelak di saat meninggal dunia dapat dilahirkan ke surga Sukhavari, alam penuh kebahagiaan dan dibimbing untuk menjadi Buddha.
Kesimpulan
Arti Namo Amitofo bukanlah sekedar rangkaian kata, tetapi sebuah ungkapan penuh makna dalam agama Buddha Mahayana. Bagi mereka yang berpraktik agama Buddha, mengulang-ulang frasa ini memiliki kekuatan yang luar biasa dalam mengarahkan pikiran dan membawa kedamaian batin.
Siapa pun yang membaca dan menyimak artikel ini semoga dapat mengembangkan praktik spiritual dengan nama Amitabha dengan pikiran luhur, di akhir kehidupan ini bersama-sama bertekad untuk dilahirkan di surga Sukhavati.
Semoga Bermanfaat.