Hai teman-teman! Ada begitu banyak agama yang ada di dunia, dan masing-masing dari agama tersebut memiliki sejarah tersendiri. Pernah tidak kalian memikirkan apa saja agama yang ada didunia dan bagaimana sejarahnya? Atau bahkan kalian tidak mengetahui apa saja agama yang ada di Dunia! Salah satu agama tradisional adalah agama Konghucu. Apa kalian pernah mendengar agama tersebut? Di Indonesia ada sebagian masyarakat menjadi pengikut keyakinan agama Konghucu, kita akan membahas topik menarik dan penuh makna, menjelajahi sejarah dan mengenal ajaran-ajaran yang menjadi landasan bagi penganut agama tersebut di Indonesia.
Agama Konghucu berasal dari negara Tiongkok dan memiliki akar dalam tradisi dan kebudayaan Tionghoa, agama ini telah ada antara 551-479 SM. Kongfusionisme merupakan ajaran Kong Hu Cu atau Kongzi dari seseorang filsuf Tionghoa. Meskipun tidak sama dengan agama lainnya, yang memiliki dewa atau entitas penyembahan tertentu, agama Konghucu bukanlah agama penyembahan seperti agama-agama lainnya. Lebih tepatnya, agama ini mengajarkan prinsip-prinsip etika, moralitas, dan panduan hidup yang meliputi hubungan manusia dengan sesamanya, alam. Ajaran utama merupakan ajaran cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, Bijaksana, dan kepercayaan, memberikan landasan kuat bagi para penganut dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, kita memulai dari membahas asal-usul agama tradisional dan bagaimana perkembangan di dunia,
Table of Contents
Sejarah Agama Konghucu
Agama Kong Hu Cu memiliki sejarah yang sangat tua dan mencakup berbagai periode sejarah yang berbeda. Kitab suci agama Konghucu yang dikenal sebagai Kitab Suci yang Lima (Ngo King), mencakup tulisan-tulisan dari zaman Giau, Sun I Agung, Sing Thong, I Ien, Ki Chiang, Ki Tan, dan lainnya, yang hidup pada abad ke-551 SM. Setelah kematian Kong Hu Cu, agamanya terus berkembang dan mampu mengatasi pesaing-pesaingnya.
Pada masa akhir Dinasti Ciu, kerajaan Ciu terlibat dalam peperangan dan kekacauan politik. Kebebasan berpikir muncul di tengah kondisi ini, dan muncul fenomena “Seratus Aliran” dalam filsafat dan agama yang bersaing dengan agama Kong Hu Cu. Meng Tzu, seorang tokoh penting ajaran Kong Hu Cu, menekankan pentingnya pemerintahan yang adil dan kepemimpinan yang baik. Ia juga menggarisbawahi kebaikan dasar yang ada dalam diri manusia dan pentingnya mempertahankan hati nurani yang baik.
Pada zaman Dinasti Hau, agama Kong Hu Cu mencapai puncak keemasannya dan menjadi agama negara pada tahun 136 SM di bawah pemerintahan Kaisar Hau Bu Tee. Kitab suci agama ini menjadi materi ujian moral dan intelektual bagi pegawai pemerintahan selama lebih dari 2000 tahun, dengan tujuan menghasilkan individu yang memiliki integritas pendidikan dan moral serta melayani agama Kong Hu Cu.
Selain itu, ada tokoh lain yang mengikutinya, seperti Hsun Tzu, yang meskipun mengaku sebagai agnostik, tetap menekankan pentingnya mencari kebajikan dalam kehidupan manusia. Namun, masa keemasan agama Kong Hu Cu terganggu oleh dekrit Kaisar Shi Huang Ti yang mengendalikan pemikiran dan menghancurkan sebagian besar buku-buku agama ini. Meskipun demikian, agama Kong Hu Cu terus bertahan dan dipandang sebagai warisan budaya yang berharga.
Zaman Orde Baru
Seiring dengan perubahan sosial dan politik di Tiongkok pada era Reformasi, agama Konghucu mengalami penindasan dan pengabaian.
Pada masa ini, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia.
Ini menyebankan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu 5 agama yang di akui.
Konflik ini menjadi pemilihan paksa bagi pemeluk kepercayaan Konghucu dan kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Buddha, Islam, Katolik, atau Kristen.
Zaman Orde Reformasi
Perkembangan agama Konghucu mendapatkan pengakuan hak asasi manusia pada era reformasi mulai membaik, terbukti di Indonesia Mentri agama Republik Indonesia pada kabinet Reformasi memberikan kesempatkan kepada Majelis Tinggi agama Konghucu Indonesia (MATAKIN), melakukan Musyawarah Nasional XIII di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta pada tanggal 21–22 Juni 1997 yang dihadiri perwakilan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN), Kebaktian Agama Khonghucu Indonesia (KAKIN) dan petinggi agama Khonghucu lainnya dari setiap wilayah tanah air Indonesia.
Selama bertahan 20 tahun umat Khonghucu di Indonesia hidup dalam tekanan dan pengekangan sebagai akibat tindakan represif dan diskriminatif terhadap umat Khonghucu mempunyai dampak negatif bagi perkembangan kelembagaan umat Khonghucu.
Walaupun umat Khonghucu ada di setiap provinsi di Indonesia, belum semua propinsi ada lembaga agama Khonghucu yang terorganisasi dan dibawah pembinaan langsung MATAKIN.
Agama Kong Hu Cu pada era reformasi, Presiden Megawati di tetapkan sebagai agama resmi, dan diperlakukan sama dengan agama-agama lainnya seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha.
5 Ajaran Agama Utama Konghucu
Ajaran-ajaran Konghucu mengedepankan moralitas, etika dan perilaku yang baik. Ajaran agama Konghucu meliputi ajaran-ajaran tentang pentingnya menjaga hubungan yang harmonis, menghormati sesama, mengikuti etika, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang dunia dan manusia.
Agama Konghucu mengajarkan pentingnya menjaga hubungan sosila yang baik, menghormati tradisi yang di ajarkan oleh pemuka agama tersebut. Pemimpin agama Konghucu di sebut juga dengan Xue Shi (pendeta), Wen Shi (Guru agama), Jiao Sheng (Penebar agama), Zhang lao (Tokoh sesepuh).
Para pemuka agama Konghucu memiliki peran penting dalam membangun moralitas para penganut agama ini, mereka menjadi fasilitator untuk menjaga kerukunan dan persaudaraan keanekaragaman agama tersebut.
Berikut beberapa ajaran Konghucu :
1.Ren ( Cinta Kasih)
Ren (Kebajikan Manusia): Ren adalah ajaran yang menekankan pentingnya kasih sayang, belas kasihan, dan kebajikan dalam hubungan antarmanusia. Hal ini melibatkan pengembangan sikap empati, penghargaan terhadap orang lain, dan komitmen untuk bertindak dengan kebaikan hati.
2. Yi ( Kesetiaan Atau Kesopanan)
Yi (Kesetiaan atau Kesopanan): Yi mengacu pada kesetiaan, ketaatan, dan kesopanan dalam hubungan sosial. Ajaran ini mengajarkan pentingnya menjaga norma-norma sosial yang tepat, menjunjung tinggi etika, serta berperilaku sopan dan terhormat dalam interaksi dengan orang lain.
3. Li (Ritual dan Etiket)
Li mencakup serangkaian tata cara, ritual, dan etiket yang harus diikuti dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan keagamaan Konghucu dilandasi dengan ritual atau ibadah, tata cara ibadah agama Konghucu berdasarkan ajaran-ajaran konfusius yang menekankan pentingnya etika dan moralitas seperti menghormati tradisi, menjaga keseimbangan, dan menciptakan harmoni melalui perilaku yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.
4. Zhi ( Bijaksana)
Aliran ajaran Konghucu menekankan dalam pengembangan bijaksana dan penilaian. Kebijaksanaan atau zhi, mengacu pada pemahaman tentang bagaimana menerapkan pengetahuan dan pengalaman pada situasi yang berbeda.
Mengembangkan kebijaksanaan membutuhkan pikiran yang terbuka dan cerdas. Pertimbangan dalam menganalisis alasan dibalik perilaku orang, bijaksana juga berarti menyadari betapa sedikitnya kita benar-benar memahami dan mempertahankan rasa kerendahan hati.
5. Xin (Dapat di Percaya)
Sebagai kebajikan Konghucu, Xin atau dapat dipercaya sangat penting dalam hubungan dan pemerintahan. Jika orang tidak dapat mempercayai satu sama lain dalam apa yang mereka katakan dan lakukan, masyarakat akan hancur dalam kekacauan.
Agar hubungan dapat berkembang, Anda harus tulus, jujur, dan dapat diandalkan. Ini berarti menghindari penipuan dan mengatakan apa yang Anda maksudkan dan bersungguh-sungguh dengan apa yang Anda katakan.
Dalam kepemimpinan ajaran Konghucu kepercayaan adalah fondasi karakter dan dasar untuk hubungan yang sehat dan berfungsi. Semua itu menciptakan keharmonisan antar Individu dan kedamaian di dalam kerajaan.
Sekte-sekte Agama Konghucu
Agama Konghucu memiliki berbagai sekte yang bervariasi di dalamnya, sekte ini merupakan aliran-aliran dalam agama Kong Hu Cu yang menjadi landasan ajaran di setiap sekte yang ada. Beberapa sekte yang terkenal dalam agama Konghucu antaranya:
1. Ji Ke
Ji Ke adalah salah satu sekte dalam agama Konghucu yang mengajarkan pemahaman mendalam tentang ajaran Konghucu dan filosofinya.
2. Tao Ke
Tao Ke adalah sekte yang menggabungkan ajaran Konghucu dengan ajaran Taoisme, menciptakan pendekatan yang holistik dalam memahami alam semesta.
3. Im Yang Ke
Im Yang Ke merupakan sekte yang memfokuskan ajaran Konghucu pada konsep yin dan yang, menjelaskan tentang dualitas dan keseimbangan dalam kehidupan.
4. Hwat Ke
Hwat Ke adalah sekte yang menekankan pentingnya meditasi dan latihan spiritual dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Konghucu.
5. Bing Ke
Bing Ke adalah sekte yang mengedepankan penerapan ajaran Konghucu dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks bisnis dan etika profesional.
6. Bik Ke
Sekte Bik Ke merupakan sekte yang menekankan pentingnya kesetaraan sosial dan keadilan dalam masyarakat, serta memperjuangkan nilai-nilai sosial yang lebih baik.
7. Cong Heng ke
Cong He Ke adalah sekte yang menggabungkan ajaran Konghucu dengan konsep agama Buddha, menciptakan pendekatan yang sinergis dalam pencapaian pencerahan bagi penganut ajaran agama ini.
8. Cak Ke
Cak Ke merupakan sekte yang menekankan pentingnya keharmonisan antara manusia dan alam, serta menjaga keseimbangan ekologi.
9. Long Ke
Long Ke merupakan sekte yang menekankan pentingnya belajar dan pengembangan diri secara terus-menerus dalam mencapai kesempurnaan.
Dalam kesimpulannya, agama Konghucu memiliki sejarah yang panjang dalam tradisi Tiongkok. Ajaran-ajaran utama yang telah kita bahas ini memberikan pedoman etika dan moral bagi para penganutnya.
Nilai-nilai dan panduan tentang hidup dapat kita implementasikan pada kehidupan sehari-hari yang mengarah pada harmoni keseimbangan dalam kehidupan manusia.
Semoga artikel ini bermanfaat dam bisa memberikan pencerahan kepada Anda tentang pengembangan spiritual diri dengan ajaran Konghucu.