Banyaknya kalangan dari non Buddhis yang menyatakan bahwa agama Buddha tidak mengenal Tuhan. Sebenarnya Tuhan diluar jangkauan pikiran manusia. Membicarakan Apakah agama Buddha ada tuhan hingga saat ini menjadi kontradiksi yang rumit.
Namun, banyak dari mereka non Buddhis yang salah mengartikan tentang Tuhan dalam agama Buddha, karena pada dasarnya Agama Buddha bukan tidak mengakui Tuhan tetapi menghindarkan atau sesedikit mungkin membicarakan-Nya. Makanya disebut sebagai non-theis dan bukan atheis. Alasannya karena masih banyak permasalahan nyata manusia di bumi ini yang perlu diselesaikan dan diluruskan.
Buddha secara umum berarti orang yang telah mencapai kesempurnaan Buddhisme dan sering kali merujuk pada Siddhartha Gautama yang merupakan sang pendiri Buddhisme atau ahama Buddha.
Lantas, Apakah agama Buddha ada tuhan? Pertanyaan ini sering muncul ketika membahas ajaran Buddha, dan jawabannya mungkin tidak begitu sederhana. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan netral yang telah disimpulkan dari berbagai ajaran Buddha serta perspektif masyarakat non-Buddhis.
Table of Contents
Apakah Agama Buddha ada Tuhan?
Agama Buddha memiliki pandangan yang khas mengenai keberadaan Tuhan. Dalam ajarannya, Buddha Siddharta Gautama tidak secara exsplisit (gambang) membicarakan atau mengakui keberadaan Tuhan pencipta alam semesta. Konsep Tuhan pencipta alam semesta seperti yang ada di agama-agama lain tidak dianggap sebagai fokus utama dalam ajaran Buddha.
Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan agama lainnya, dalam Udana V III tercatat bahwa :
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Ungkapan di atas merupakan konsep ketuhanan dalam agama Buddha. Dalam hal ini Tuhan adalah suatu tanpa aku, “tanpa roh”, (anatta) yang tidak dapat dipersonifikasikan dan tidak dapat di gambarkan dalam bentuk apapun. Akan tetapi dengan adanya Mutlak, maka manusia yang tidak terkondisikan (asamkhata) menjadi manusia terkondisikan (samkhata) sehingga dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan meditasi, hal ini merupakan konsep kehidupan yang ada dalam 4 kebenaran mulia agama Buddha.
Jadi, Dalam ajaran ini, Tuhan tidak dianggap sebagai fokus utama. Alih-alih, fokusnya adalah pada pemahaman individu terhadap realitas, etika, dan meditasi untuk mencapai pencerahan.
Siapa Tuhan Menurut agama Buddha?
Apakah Anda berfikir jika Buddha adalah Tuhan dalam agama Buddha? Siapapun yang memikirkan hal tersebut, jelas bukan.
Tidak ada satu kalimat pun dalam kitab suci agama Buddha yang menyatakan bahwa Buddha itu Tuhan atau dituhankan dalam ajaran Buddha. Walaupun sebagian umat Buddha yaitu masyarakat India mempercayai bahwa Brahma ialah Tuhan pencipta. Pada kenyataannya Buddha bukanlah entitas Tuhan atau dituhankan, melainkan beliau adalah Buddha. Manusia yang telah mencapai pencerahan yang tiada bandingannya, dan bisa di bilang juga guru pembimbing yang menunjukan jalan menuju Nibbana. Nibbana menurut agama Buddha merupakan suatu kebahagian tertinggi, suatu keadaan kebahagiaan yang abadi dan luar biasa.
Ini lah yang terjadi dalam kisah Angulimala yang menceritakan perlakukannya di masa hidup dan akhirnya bertemu dengan Buddha Gautama yang dijadikannya sebagai guru besar kagamaan /spiritual yang diperlakukan dengan kehormatan tertinggi.
Dalam sejarahnya kita mengetahui bahwa Buddha Siddharta Gautama pendiri agama ini, dianggap sebagai seorang manusia yang mencapai pencerahan tertinggi atau Nirwana, bukan sebagai entitas ilahi.
Lalu mengapa orang-orang Buddhis bersujud di atas tanah kepada Buddha?
Hal ini terkait dengan kebudayaan india kuno, suatu bentuk penghormatan tertinggi pada Sang Buddha. Sampai detik ini umat Buddha masih mempraktikkannya, bahkan bersujud kepada kedua orang tuanya dengan mencium kaki, apakah umat Buddha mempertuhankan orang tuanya? jelas tidak.
Jika menjawab pertanyaan di atas, maka Buddha atau Siddharta Gautama yang telah mencapai pencerahan tertinggi bukan lah Tuhan, agama Buddha tidak mempertuhankan siapapun dan apapun.
Ajaran Pokok Agama Buddha
Dalam ajaran Buddha, yang diajarkan oleh Buddha Gautama, Ia mengajarkan ajaran-ajaran moral, Empat Kebenaran Mulia, dan Jalan Tengah sebagai panduan bagi umatnya dalam mengatasi penderitaan manusia dan mencapai pemahaman yang mendalam tentang kehidupan.
Umat Buddha lebih fokus pada pemahaman dan pengembangan pribadi dalam mencapai pencerahan dari pada pemujaan Tuhan pencipta. Mereka menghormati Buddha sebagai seorang guru yang telah mencapai pencerahan dan menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan yang sama. Pemujaan patung Buddha dan stupa umumnya dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap ajaran dan teladan yang diberikan oleh Buddha.
Agama ini lebih menekankan pada pemahaman diri, etika, dan meditasi sebagai cara untuk mencapai kebebasan dari siklus kelahiran kembali. Ini adalah salah satu ciri khas yang membedakan ajaran Buddha dari banyak agama lainnya di dunia.
FAQ
Apa inti dari ajaran agama Buddha?
Dalam ajaran Buddha, karma dan reinkarnasi juga menjadi bagian integral dari keyakinan. Karma merujuk pada hukum tindakan dan akibat, di mana tindakan individu memengaruhi kehidupan masa depannya. Reinkarnasi, atau kelahiran kembali, adalah keyakinan bahwa jiwa individu akan terus menjalani siklus kelahiran dalam berbagai bentuk sampai mencapai pencerahan atau Nirwana. Tidak ada campur tangan Tuhan dalam proses tersebut, ini adalah hasil dari karma individu.
Dalam Konteks ini, kita telah menemukan bahwa agama ini memiliki pendekatan yang berbeda dari agama-agama lainnya. Agama yang mengajarkan tentang arti cinta kasih, karma, reinkarnasi, empat kebenaran mulia terhadap Buddha dan sesama umat makhluk hidup. Nilai dan pemahaman ini menjadi bukti nyata dalam ajaran Buddha dimana rasa toleransi yang tinggi umat Buddha di tuangkan dalam sebuah tradisi yang dinamakan Fang Sheng, merupakan tradisi yang sering di lakukan umat Buddha dalam dalam menjalin hubungan dengan makhluk hidup lainnya.
Oleh karena itu, sifat ajaran Buddha lebih pada pemahaman dan transformasi pribadi, bukan pada pemujaan kepada Tuhan.
Semoga dengan pemahaman ini kita dapat meningkatkan toleransi dengan sesama umat hingga makhluk hidup lainnya, seperti yang di ajarkan dalam ajaran Buddha di dalam artikel ini.