Masih bertema tentang Agama Buddha, Kali ini kita akan membahas tentang salah satu tokoh terkenal dalam agama Buddha. Agama Buddha mempunyai tokoh-tokoh besar dalam pengembangan tradisi Buddha, salah satu tokoh yang berperan adalah Angulimala, Ia merupakan seorang pembunuh yang kemudian bertaubat dan menjadi seorang biksu. Kisah Angulimala menjadi sudut pandang dalam hal pertaubatan dan contoh kecakapan sang Buddha sebagai Guru. Angulimala dipandang oleh umat Buddha sebagai pelindung bagi wanita yang sedang melahirkan di asia selatan dan Tenggara.
Kisa Angulimala berasal dari zaman ketika Buddha Gautama masih hidup. Angulimala yang juga dikenal sebagai Ahimsaka, adalah seorang pembunuh yang di India pada masa itu. Ia terkenal karena membunuh banyak orang dan mengenakan kalung dari jari-jari mereka.
Cerita Angulimala terkenal dalam tradisi Buddha, naskah dalam pustaka buddhis berbahasa pali mencatat kisah Angulimala yang menjadi pembunuh banyak orang dikarenakan mendapatkan perintah dari sang guru dengan membawa jari mereka sebagai bukti, hingga saat dimana Angulimala bertemu dengan sang Buddha dari pertemuan pertama mereka hingga pertaubatan Angulimala.
Table of Contents
Angulimala, Penjahat Yang Kejam
Menurut sebagian besar pustaka, Angulimala lahir di Sawati (sekarang di uttar Pradesh, India) dalam keluarga Brahmana (agamawan) dari klan Gangga. Semasa muda, Angulimala yang memiliki nama asli Ahimsaka, tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas dan berprilaku baik. Namun dengan kecerdasan yang dimilikinya, dia menjadi murid kesayangan Gurunya dan mendapatkan hak-hak khusus di rumah Gurunya. Namun perlakuan itu menjadi titik balik yang membuat murid-murid lain menjadi iri dengan kemampuan yang di miliki Angulimala dan berusaha agar ia di musuhi oleh gurunya.
Sebelum hari kelulusan, Guru tersebut memberikan arahan yang salah, yaitu untuk mendapatkan kekuatan yang abadi sebagai pembayaran dengan cara mengumpulkan seribu jari manusia. Masing-masing diambil dari orang yang berbeda, dan dari perintah itu Angulimala tak menentang perintah gurunya.
Setelah di perintahkan oleh gurunya, dan Angulimala menjadi seorang penjahat yang kejam dan mematikan. Dia berdiam diri di ngarai di tengah hutan bernama Jalini, untuk mengintai orang-orang yang berlalu lalang, dan kemudian ia membunuh 999 orang, memotong jari mereka, dan mengenakan jari-jari tersebut sebagai kalung (dalam bahasa Pali, “Angulimala” berarti “kalung dari jari-jari”). Kelakuan kejam Angulimala membuat orang-orang ketakutan dan menderita. Setelah warga menyadari adanya pembegalan dan pembunuhan yang terjadi,warga akhirnya mengungsi.
Suatu hari, Buddha Gautama, yang telah mengetahui tentang keberadaan Angulimala dan mengerti potensi transformasinya, memutuskan untuk menghadapinya. Meskipun banyak orang mencoba untuk mencegah Buddha karena takut akan kekejaman Angulimala, Buddha tidak terpengaruh dan melanjutkan perjalanannya untuk bertemu Angulimala.
Pertemuan Dengan Buddha Gautama
Kisah Angulimala di saat bertemu dengan sang Buddha di sebuah hutan Kosala. Pada mulanya, ibu dari Angulimala lah yang datang terlebih dahulu untuk melihat putranya di hutan tersebut, dan untuk mendapatkan korban ke 1000 Angulimala berniat menjadikan ibunya sebagai korban ke 1000, namun disaat yang bersamaan ia juga melihat sang Buddha Gautama Berjalan menghampirinya.
Kemudian, Angulimala merubah keinginannya untuk mendapatkan korban ke 1000 ia menjadikan sang Buddha sebagai korban ke 1000 nya untuk memenuhi syarat dari sang Guru untuk mendapatkan kekuatan dan keabadian, setelah menghembuskan pedang, ia berlari kearah sang Buddha. Berdasarkan kepercayaan Buddhisme, sang Buddha memiliki kekuatan untuk mengendalikan dan merenggangkan ruang diantara Angulimala dengan sang Buddha, maka secepat apapun Angulimala berlari tidak akan bisa untuk menggapai sang Buddha.
Hingga akhirnya Angulimala menyerah dan meminta sang Buddha berhenti. Kemudian sang Buddha berkata seharusnya Angulimalah-lah yang berhenti
Angulimala, aku telah berhenti selamanya (bahasa Pali: ṭhita), aku bebas dari kekerasan terhadap makhluk hidup (bahasa Pali: daṇḍa); tetapi engkau tidak punya pengendalian diri (bahasa Pali: asaññato) terhadap makhluk-makhluk hidup; itulah sebabnya aku telah berhenti dan engkau belum
Ketika Angulimala bertanya kepada sang Buddha, dan Buddha berkata bahwa seorang Biksu harus bisa mengendalikan keingginanya. Pada saat itu Angulimala terkesima dengan perkataaan sang Buddha dan setelah mendengarkan khotbah sang Buddha, akhirnya Angulimala ingin bertaubat, lalu bersumpah untuk meletakkan senjata dan berbagung bersama Sangha Buddha.
Trasformasi Dan Penerimaan Dharma
Pada kisah transformasi Angulimala adalah contoh yang kuat dari perubahan yang terjadi melalui penerimaan Dharma, atau ajaran Buddha. Setelah ia menyadari akan masa lalu seorang penjahat yang kejam, Angulimala merasakan penderitaan yang di sebabkan oleh tindakan sendiri. Namun pertemuannya dengan sang Buddha menemukan jalan untuk penebusan dosa yang mencari pencerahan kehidupan.
Melalui penerimaan Dharma yang ia terima dalam konteks ajaran Buddha Gautama dengan mengenal kesadaran, penderitaan dan jalan menuju kebebasan. Angumala menerima ajaran ini dengan sungguh hati dalam hidupnya. Dharma membuka matanya terhadap realita dan penderitaan yang telah ia ciptakan bagi dirinya dan orang lain terhadap tindakan kejamnya.
Ajaran Buddha Gautama tidak hanya berperan penting dalam kehidupan Angulimala, namun ajaran Gautama memberikan ajaran yang harus di terapkan di kehidupan mencapai kebebasan di setiap umat Buddha, Anda sebagai umat Buddha atau pun orang yang ingin mempelajari tentang ajaran Buddha Gautama untuk membangun hubungan baik dengan sesama di kehidupan.
Dalam transformasi penerimaan Dharma, Angulimala membuktikan pentingnya pengampunan dan penerimaan diri dalam proses perubahan. Meskipun Angulimala telah melakukan kesalahan besar dengan membunuh banyak orang, namun Buddha menerima dan memaafkan ketika ia meminta menjadi murid. Angulimala menemukan jalan untuk menebus kesalahan dan memperbaiki kehidupannya.
Kehidupan Baru Sebagai Biksu
Setelah mendapatkan Dharma dan menjadi murid sang Buddha, Angulimala memulia kehidupanya menjadi seorang biksu dalam masyarakat Buddha. Sebagai seorang biksu, Angulimala mengikuti tata cara kehidupan yang ditetapkan oleh Buddha Gautama.
Dalam masyarakat, peran Angulimala yang juga terlibat dalam praktik meditasi yang mendalam. Angulimala mengembangkan mental dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan biksu. Melalui praktik tersebut ia mengamati pikiran, emosi dan pengalaman yang muncul, dan belajar mengendalikan keinginan yang mungkin masih ada pada dirinya.
Selama hidupnya sebagai biksu, Angulimala dikenal sebagai contoh nyata transformasi dan pengampunan. Kehidupan sebagai biksu membawa transformasi bagi dirinya sendiri, tetapi juga memberikan pengaruh positif kepada orang lain. Cerita tentang perubahan dan transformasinya sering digunakan untuk mengilustrasikan kekuatan pengampunan, perubahan, dan jalan menuju kebaikan dalam agama Buddha.
Pesan Dan Inspirasi
Menjadi kisah inspirasi dalam sejarah agama Buddha, buddhisme yang terinspirasi dengan kisah Angulimala yang mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kejahatan yang tidak dapat diubah, bahkan kebijakan pada pengampunan yang di alami Angulimala meskipun ia telah melakukan banyak kejahataan, di terima dan di ampuni oleh Buddha.
Kesadaran atas Dukkha ( penderitaan) yang dihasilkan oleh perbuatan kejam diri sendiri, ini mengingatkan kita akan pentingnya menghindari penyebab penderitaan kepada diri sendiri dan orang lain.
Seperti yang sang Buddha paparkan dalam syair 173, Berikut
Barang siapa meninggalkan perbuatan jahat yang pernah dilakukan
dengan jalan berbuat kebajikan,
maka ia akan menerangi dunia ini
bagai bulan yang bebas dari awan.
Itu dia kisah dari Angulimala seorang penjahat kejam yang menjadikan dirinya sebagai Biksu dalam kehidupan yang lebih baik. Semoga kisah dari sang biksu ini menjadi pedoman kita sebagai buddhisme yang menjalankan kehidupan berdasarkan ajaran Buddha Gautama, semoga artikel ini bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya.