Hallo teman-teman! Selamat datang kembali lagi di blog kita. Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa ada seseorang yang tidak mempercayai adanya Tuhan atau entitas ilahi? Bagi sebagian orang, konsep Ateis mungkin terdengar asing. Namun di tengah keberagaman keyakinan dan agama yang ada di dunia ini, Ateis adalah seseorang yang memilih untuk menolak kepercayaan pada Tuhan. Mereka mempunyai pilihan tentang Apa yang diyakini dan apa yang tidak diyakini, berdasarkan bukti nyata dan diyakini secara rasional. Lantas apa alasan kenapa seseorang menjadi Ateis?
Dalam artikel kali ini, kita akan membahas setidaknya ada lima alasan yang mendasarkan seorang manusia memilih untuk menjadi Ateis. Dari kekecewaan terhadap agama hingga ketidakpercayaan pada keberadaan Tuhan dan hal-hal yang bersifat gaib. Mari kita cari tahu latar belakang dan pemikiran dibalik keyakinan seorang Ateis.
Table of Contents
Apa itu Ateis?
Arti Ateis adalah sebuah pandangan filosofi yang percaya tidak adanya keberadaan Tuhan atau entitas ilahi dan dewa-dewi, atau pun penolakan terhadap Teisme (percaya Tuhan) yang di sertai dengan klaim. Ateis atau disebut Ateisme pastilah tidak sudi untuk memeluk agama atau bergabung dengan aliran kepercayaan apapun.
Bagi Ateis, keputusan untuk tidak mempercayai Tuhan bukanlah keputusan yang mudah, sering kali hal ini melibatkan keyakinan dan pengulangan batin. Keputusan mereka menolak keyakinan agama dan menganggap bahwa tidak adanya bukti nyata yang memadai untuk mendukung esistensi adanya Tuhan. Ateis meyakini bahwa kehidupan dan alam semesta dapat dijelaskan secara rasional dan ilmiah tanpa campur tangan supernatural.
Alasan-Alasan Kenapa Seseorang Menjadi Ateis
Seseorang telah memiliki alasan yang cukup kuat untuk memilih keputusannya menjadi seorang Ateis, bahkan mereka yang sudah memiliki keyakinan sebelumnya dan memutuskan untuk meninggalkan keyakinan dan memilih jalan hidup tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan. Dengan berbagai alasan yang di yakini mulai dari masalah teologi seperti ketidakcocokan antara agama dan sains, hingga pengalaman pribadi seperti menderita atau menyaksikan penderitaan yang terlihat tidak adil. Berikut lima alasan utama seseorang memilih untuk menjadi Ateis :
Kekecewaan Terhadap Agam
Salah satu seseorang menjadi Ateis adalah karena mereka merasa kecewa dengan agama. Bagi beberapa orang, pengalaman tertentu dapat sangat merusak atau menghancurkan keyakinan mereka terhadap agama. Kekecewaan terhadap agama ini berasal dari pengalaman negatif atau menyaksikan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama yang mereka anut.
Kontroversi dan ketidaksepakatan dengan ajaran agama yang melibatkan pandangan tokoh-tokoh agama, saat ini seringkali perkembangan nilai-nilai dan pandangan hidup seseorang tentang keyakinan agama tertentu mungkin tidak lagi sejalan, hal ini dapat memicu kekecewaan yang mendalam, hingga memicu pertanyaan dan keraguan yang mengarah pada hilangnya keyakinan seseorang.
Alasan lainnya, bisa jadi karena trauma di masa lalu atau pun karena doktrin dari orang-orang di sekeliling mereka. Alih-alih percaya pada Tuhan, mereka justru menganggap keberadaan agama dan konsep mengenai Tuhan hanyalah sebagai sandungan bagi peradaban manusia sekaligus salah satu alasan terjadinya banyak hal seperti : perang antar agama, penindasan, kekacauan, kemiskinan, manipulasi dan lain sebagainya.
Dengan alasan tersebut, bagi sebagian orang meninggalkan keyakinan atau agama sering kali sulit dan menyakitkan. Namun untuk sebagian orang, ini adalah satu-satunya jalan menuju kehidupan yang jujur secara intelektual dan moral.
Tidak Percaya Pada Keberadaan Tuhan
Secara umum yang di maksud dengan Ateis adalah ketidakpercayaan pada keberadaan Tuhan, ini menjadi alasan utama mereka memilih menjadi seorang Ateis. Mereka menganggap argumen dan bukti yang diajukan oleh penganut dan tokoh agama tidak cukup kuat untuk meyakinkan bahwa keberadaan tuhan itu nyata adanya. Ateis cenderung memandang adanya alam semesta dan kehidupan dengan cara yang sepenuhnya naturalistik dan metode ilmiah dalam memahami dunia.
Seiring perkembangannya zaman, dimana ternyata perkembangan Ateis di seluruh dunia meningkat khususnya di negara Barat yaitu (Eropa dan Amerika utara). Peningkatan jumlah mereka yang tidak mempercayai Tuhan salah satu dasarnya tidak mengenal Tuhan. Seseorang yang sejak lahir tidak mengenal tokoh yang di sebut Nabi, Rasul, Yesus maupun Tuhan, mereka tidak akan mempunyai ingatan sama sekali perihal yang di sebut Tuhan. Tentu Anda akan tumbuh menjadi seorang Ateis.
Sains Vs Agama
Kontradiksi antara sains dan agama sering kali menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi Ateis. Banyak orang yang melihat bahwa sains selalu bertolak belakang dengan ajaran agama. Ateis meyakini bahwa pengetahuan dan pemahaman yang diberikan oleh sains lebih dapat diandalkan dalam memahami alam semesta dibandingkan dengan ajaran agama yang seringkali bergantung pada keyakinan tanpa dasar empiris (percobaan).
Seiring perkembangan zaman, pertentangan agama dan sains semakin terlihat ketika kita melihat kasus yang nyatanya memang tidak memiliki landasan ilmiah. Contohnya pada peristiwa kasus perdebatan “Bumi Datar”. Pandangan dari berbagai ahli tafsir ulama mengklaim bentuk bumi adalah datar atau seperti cakram (piringan), sedangkan para ilmuan mengklaim bentuk dari bumi tersebut merupakan bulat. Kemudian hal ini menjadi kontroversi yang melibatkan sains dan agama dimana para ilmuan menyatakan gagasan bahwa Bumi adalah bulat telah diselesaikan oleh filsuf Yunani kuno seperti Aristoteles (384-322 SM), yang memperoleh bukti empiris (percobaan) setelah melakukan perjalanan ke Mesir dan melihat konstelasi bintang baru.
Kebebasan Berpikir
Salah satu nilai yang penting bagi Ateis adalah kebebasan berpikir dan mempertanyakan segala hal, termasuk agama. Mereka merasa bahwa agama sering membatasi kebebasan berpikir dan menuntut ketaatan yang mendalam terhadap ajaran yang dianggap sebagai kebenaran mutlak. Sedangkan seorang Ateis lebih memilih mencari pemahaman berdasarkan penelitian, penalaran, dan kritikalitas (eksperimen) tanpa terikat pada dogma atau unsur keagamaan.
Merasa Agama Terlalu Mengekang
Beberapa orang mungkin menganggap doktrin dan praktik keagamaan tertentu membatasi atau mengekang seseorang. Ketika seseorang meyakinkan keagamaan inti aturan ketat seperti memaksakan batasan yang tidak masuk akal. Hal ini dapat menjauhkan seseorang dari iman.
Kemudian, mereka juga menganggap bahwa doktrin agama bertentangan dengan nilai-nilai pribadi. Mereka merasa ajaran agama tertentu yang mengutuk dan melarang perilaku atau gaya hidup tertentu dapa secara langsung bertentangan dengan nilai-nilai keyakinan pribadi mereka. Sebagai contoh larangan agama terhadap seks pranikah atau perceraian dapat bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang lebih progresif. Namun prinsip inti agama ini di anggap sebagai pilihan yang lebih logis.
Dengan mengetahui alasan-alasan utama mengapa seseorang memilih menjadi Ateis, Anda dapat lebih memahami perspektif mereka dan mengapa keyakinan beragama tidak cocok dengan mereka. Sebagai manusia, kita semua berusaha untuk menemukan kebenaran dan makna dalam kehidupan kita. Perjalanan mencari spiritual setiap orang berbeda-beda, seperti umat Buddha yang mencari jalan kebenaran spiritual dengan menganut ajaran Buddha Gautama. Dengan demikian kita harus menghargai dan menerima bahwa tidak semua jalan menuju tempat yang sama, dan menghormati perbedaan.
Apa lagi alasan seseorang menjadi Ateis? jika Anda mempunyai alasan lain yang mendorong seseorang atau Anda pribadi menjadi Ateis. Yuk berbagi alasan Anda di kolom komentar.