Hallo teman-teman, kali ini kita akan membahas tentang agama Buddha dengan hari perayaan yang berbeda. Agama Buddha memiliki banyak keragaman perayaan, namun tujuan dari setiap perayaan yang diadakan oleh agama Buddha sama yaitu untuk memperkuat iman, praktik, dan spiritual umat Buddha sesuai dengan ajaran Buddha Gautama. Salah satu hari perayaan di dunia yaitu Hari Raya Waisak, juga dikenal sebagai Vesak di Malaysia, Sri Langka, dan Singapura, Visikah Puja atau Buddha Purnima di india, Saga dewa di Tibet, dan Waisak di Indonesia. Nah, artikel kali ini kita membahas tentang bagaimana sejarah hari raya Waisak yang menjadi perayaan besar di Indonesia salah satunya.
Waisak yang merupakan hari raya umat Buddha di seluruh Dunia. Dalam perayaan Waisak memiliki tiga peristiwa penting di dalamnya. Peristiwa penting ini bertajuk pada Tri suci Waisak dan di rayakan setiap tahunnya sebagai hari raya umat Buddha. Hari raya Waisak atau yang sering di sebut dengan Tri suci Waisak momen dimana memperingati kelahiran, pencerahan, dan parinirvana (kematian dan pembebasan) Siddhartha Gautama, pendiri agama Buddha.
Table of Contents
3 Sejarah Hari Raya Waisak
Hari Raya Waisak adalah perayaan agama Buddha yang dirayakan oleh umat Buddha di seluruh dunia. Waisak diperingati untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam sejarah agama Buddha, yaitu kelahiran, pencerahan, dan kematian Siddharta Gautama, pendiri agama Buddha. Waisak jatuh pada bulan purnama keempat pada kalender Buddha, yang biasanya jatuh pada bulan Mei di kalender. Berikut adalah tiga hal penting dalam sejarah Hari Raya Waisak di dunia beserta maknanya :
Kelahiran Siddharta Gautama
Kelahiran Siddharta Gautama merupakan salah satu peristiwa penting yang di peringati dalam perayaan hari raya Waisak. Menurut sejarah, Siddharta Gautama lahir pada bulan purnama keempat pada tahun 623 SM di Lubini Nepal. Siddharta di lahirkan sebagai pangeran dalam keluarga Sakya. Menurut legenda, ibu Siddharta, maya, dikatakan telah bermimpi bahwa iya akan melahirkan seorang anak yang akan menjadi seorang Buddha.
Kelahiran Siddharta Gautama dianggap sebagai awal dari perjalanan hidupnya untuk mencari kebenaran dan memahami penderitaan manusia dengan perjalanan spiritualnya, kelahirannya menunjukan bahwa ia bukanlah sosok biasa, tetapi seseorang yang di takdirkan untuk mencapai pencerahan dan membawa ajaran yang mengubah dunia. Tepat berusia 29 tahun, Siddharta meninggalkan istana dan hidup sebagai seorang pertapa mencari jalan untuk mengatasi penderitaan dunia.
Pencerahan
Setelah bertahun-tahun menjalani meditasi dan menjalani kehidupan asketik, ia mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, dan menjadi Buddha “yang tercerahkan” pada usia 35 tahun.
Siddharta mendapatkan pemahaman mendalam tentang siklus kelahiran dan kematian, penderitaan manusia, dan jalan menuju kebebasan dari penderitaan tersebut. Pencerahan Siddharta Gautama menandai titik awal dari perjalanan sebagai Buddha atau “Sang Tathagata” (yang telah datang) dan memberi makna setiap individu memiliki potensi untuk mencapai pencerahan dan pembatasan spiritual.
Kemudian, setelah 45 tahun mendapatkan penerangan agung, sang Buddha Gautama pun berkelana untuk menyebarkan Dharma atau kebenaran, dalam perjalanan sang Buddha telah banyak mengenal semua orang dengan mengunakan berbagai cara. Buddha gautama mengajarkan agar setiap orang memelihara akar kebijaksanaan sesuai dengan watak, perbuatan dan kepercayaan masing-masing. Sang Buddha juga mengajarkan umat manusia yang berdampak lenyapnya Dukkha pada setiap diri masing-masing manusia.
Parinibbana (Parinirvana)
Parinirvana adalah kematian Siddhartha Gautama, pendiri agama Buddha yang di peringati dalam perayaan hari raya Waisak, Meninggalnya Siddhartha Gautama ketika ia mencapai pembebasan penuh dari siklus kelahiran dan kematian, dan memasuki keadaan Nirwana yang abadi. Ia meninggal di Kushinagar, India, pada usia 80 tahun. Kematian Siddhartha Gautama menandai akhir dari kehidupan manusia dan perjalanan spiritualnya. Peringatan Parinirvana mengajarkan umat Buddha tentang ketidakkekalan hidup dan pentingnya mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian.
Menurut tradisi, sebelum meninggal, Siddharta Gautama memberikan pidato terakhir yang disebut Maha Parinibbana Sutta, di mana ia menyerukan pada pengikutnya untuk mengikutinya untuk mengikuti ajarannya dan pencapai pencerahan. Setelah kematian Siddharta Gautama, jasadnya dikremasi dan abunya di bagi-bagian kepada pengikutnya untuk dipuja sebagai simbol kehadiran Buddha.
Dalam perayaan hari Waisak, umat Buddha memperingati parinirvana Siddharta Gautama dengan melakukan perayaan keagamaan, seperti melakukan puja bakti, meditasi dan pembacaan ajaran Buddha.
Makna Hari Raya Waisak
Hari raya Waisak adalah perayaan penting dalam agama Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddharta Gautam, pendiri agama Buddha. Perayaan hari raya Waisak memiliki makna yang sangat penting bagi umat Buddha, selain dari peringatan tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddharta Gautama, perayaan ini juga menjadi momen untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan umat Buddha. Serta memperkuat persatuan dan kesatuan di antara mereka.
Menghormati kelahiran pencerahan, parinirvana Siddhartha Gautama, selain itu perayaan hari Waisak juga mengingatkan umat Buddha akan nilai-nilai penting di antaranya : kebijaksanaan, belas kasih, kesabaran dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
adapun penjelasan dari nilai-nilai makna hari raya Waisak :
Kebijaksanaan
Dalam ajaran Buddha, kebijaksanaan memiliki peran netral. hari raya Waisak menjadi momen penting umat Buddha untuk merenungkan ajaran sang Buddha Gautama yang penuh hikmah dan mendalami pemahaman tentang Dharma. Mereka berusaha untuk mengembangkan kebijaksanaan dalam berfikir, bertindak,dan merespon kehidupan dengan bijaksana.
Melalui meditasi, refleksi, dan studi ajaran Buddha, umat Buddha berupaya untuk mengembangkan kebijaksanaan akan pemahaman penderitaan, penyebab dan jalan untuk mengatasi penderitaan tersebut.
Kebaikan dan Balas Kasih
Makna dalam ajaran hari raya Waisak mengingatkan umat Buddha akan pentingnya kebaikan dan belas kasih dalam kehidupan. Ajaran Buddha gautama menekankan pentingnya berbuat baik dan mempraktikan kasih sayang tak terbatas pada setiap makhluk. Pada hari raya Waisak, umat Buddha juga meningkatkan kebaikan dan menunjukan belas kasih antar sesama.
Pengembangan Diri
Hari raya Waisak melibatkan pengembangan diri pada manusia, umat Buddha menggunakan perayaan ini sebagai kesempatan untuk merefleksikan diri, mengevaluasi perilaku, dan mengembangkan kualitas-kualitas spiritual. Melalui meditasi dan introspeksi, mereka berusaha untuk memahami diri sendiri, mengenali hambatan dalam pengembangan pribadi, dan mengasah kualitas-kualitas seperti kesabaran, ketekunan, disiplin, dan kekuatan mental. Waisak menjadi ajang untuk melakukan perbaikan pribadi dan memperdalam pemahaman tentang jalan spiritual.
Toleransi
Dalam agama Buddha toleransi menjadi makna penting bagi umat Buddha. Perayaan hari Waisak menekankan pentingnya perdamaian dan toleransi antar umat manusia, selama perayaan hari Waisak umat Buddha menyampaikan pesan-pesan perdamaian dan toleransi di tengah situasi keramaian yang ikut memeriahkan hari Waisak.
Selain itu, Hari Waisak menjadi momen untuk memperkuat hubungan sosial antar umat Buddha dan umat lainnya, serta untuk memperkuat persatuan dan kesatuan di antara mereka, umat Buddha di hari itu ikut berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti melakukan puja bakti, meditasi, dan pembacaan ajaran Buddha.
Dalam keseluruhan, hari raya Waisak mengandung makna penting tentang pengembangan diri, kebijaksanaan, kebaikan, dan belas kasih guna mencapai tujuan hidup yang sesuai ajaran sang Buddha. Makna dan kisah kehidupan sang Buddha memberikan contoh dan penerapan pada kehidupan sehari-hari, membimbing umat Buddha dalam perjalanan spiritual, dan menciptakan kedamaian dan kebahagiaan dalam diri sendiri dan masyarakat. Semoga artikel ini membantu Anda untuk mencapai sejarah hari raya Waisak dalam mencapai kedamaian, terutama pada diri sendiri terbebas dari Dukkha yang ada dalam diri kita. Sampai jumpa.