10 Perbedaan Sunni dan Syiah yang Harus Anda Ketahui

Perbedaan Sunni dan Syiah adalah dua aliran besar dalam agama Islam yang memiliki sejarah panjang dan perbedaan mendalam dalam berbagai aspek. Kedua aliran ini memiliki pemahaman yang berbeda mengenai kepemimpinan, ibadah, dan prinsip dasar lainnya, meskipun keduanya mengakui keyakinan yang sama terhadap Allah dan Nabi Muhammad.

Pemahaman tentang perbedaan sunni dan syiah penting, baik untuk meningkatkan toleransi di kalangan umat Islam maupun untuk memperkaya wawasan tentang keragaman dalam dunia Islam.

Artikel ini akan membahas 10 perbedaan sunni dan syiah yang utama, mulai dari asal usul sejarah, pandangan terhadap pemimpin, hingga praktik ibadah yang dijalankan. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat melihat bagaimana dua kelompok ini berkembang dan mempengaruhi masyarakat Islam di seluruh dunia.

Mari kita telusuri lebih lanjut perbedaan-perbedaan yang mendalam antara kedua aliran ini.

Mengenal Sunni dan Syiah: Dua Aliran Besar dalam Islam

Sebelum membahas lebih dalam tentang perbedaan sunni dan syiah, penting untuk mengetahui bahwa kedua aliran ini memiliki akar sejarah yang sama, yaitu berasal dari ajaran Nabi Muhammad. Namun, setelah wafatnya Nabi, muncul perbedaan pandangan yang menyebabkan kedua kelompok ini berkembang menjadi dua aliran utama dalam dunia Islam.

Perbedaan ini bukan hanya tentang siapa yang berhak memimpin umat Islam, tetapi juga mengenai cara ibadah, interpretasi Al-Qur’an, hingga struktur sosial yang membentuk kehidupan umat. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang asal-usul dan konteks sejarah ini, kita dapat lebih mudah memahami perbedaan yang ada antara keduanya.

Sejarah dan Konteks Terbentuknya Perbedaan

Sejarah mencatat bahwa perbedaan sunni dan syiah bermula dari isu kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad.

Kelompok sunni percaya bahwa pemilihan pemimpin umat Islam (khalifah) seharusnya dilakukan melalui musyawarah umat, sementara syiah meyakini bahwa pemimpin umat Islam harus berasal dari keturunan langsung Nabi, yaitu Ali bin Abi Talib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad.

Seiring berjalannya waktu, kedua aliran ini berkembang dengan karakteristik dan ajaran yang lebih mendalam, mencakup teologi, praktik ibadah, hingga pandangan politik. Pemahaman terhadap perbedaan ini akan lebih jelas setelah kita mengulas lebih lanjut poin-poin yang menjadi pembeda utama antara sunni dan syiah.

1. Perbedaan dalam Ibadah: Salat dan Tata Cara

Perbedaan yang paling terlihat antara sunni dan syiah adalah dalam hal ibadah, khususnya salat. Meskipun kedua kelompok melakukan salat lima waktu, cara pelaksanaannya sedikit berbeda. Sunni melaksanakan salat dengan urutan yang telah ditentukan, yaitu salat Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya dengan waktu yang terpisah.

Sebaliknya, syiah cenderung menggabungkan beberapa salat, seperti salat Zuhur dan Ashar, serta Maghrib dan Isya, sehingga mereka hanya melaksanakan tiga waktu salat dalam sehari.

Selain itu, dalam hal tata cara salat, sunni dan syiah juga memiliki perbedaan dalam hal posisi tangan saat berdiri, cara sujud, dan penggunaan sajadah. Syiah menggunakan pecahan tanah atau batu sebagai alas sujud, yang menjadi ciri khas dalam salat mereka, sementara sunni menggunakan sajadah.

Meskipun demikian, perbedaan ini tidak mempengaruhi sahnya ibadah, karena keduanya berpegang pada ajaran yang sama mengenai salat sebagai rukun Islam.

2. Pandangan terhadap Al-Qur’an dan Tafsir

Baik sunni maupun syiah sama-sama mengakui Al-Qur’an sebagai kitab suci, namun mereka memiliki pendekatan yang berbeda dalam penafsiran dan pemahaman wahyu. Sunni lebih cenderung untuk mengikuti tafsir yang bersifat umum dan mengacu pada pemahaman yang telah diajarkan oleh para sahabat Nabi dan ulama besar.

Tafsir mereka lebih mengutamakan makna yang jelas dan gamblang sesuai teks.

Di sisi lain, syiah lebih banyak mengandalkan hadist-hadist yang berasal dari keluarga Nabi, khususnya Ali dan keturunannya. Mereka percaya bahwa Ahlul Bait (keluarga Nabi) memiliki pengetahuan yang lebih dalam tentang wahyu Allah dan dapat memberikan penafsiran yang lebih tepat terhadap ayat-ayat tertentu.

Oleh karena itu, pandangan syiah tentang Al-Qur’an seringkali didasari oleh ajaran-ajaran yang datang dari keluarga Nabi.

3. Penghormatan terhadap Ahlul Bait

Kedua aliran ini memiliki sikap berbeda terhadap Ahlul Bait, keluarga Nabi Muhammad. Sunni menghormati Ahlul Bait, tetapi tidak menganggap mereka memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan sahabat Nabi lainnya. Meskipun demikian, mereka tetap memperlakukan Ahlul Bait dengan penuh hormat, tanpa ada ritual atau pengkhususan tertentu.

Di sisi lain, syiah memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada Ahlul Bait. Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain dianggap sebagai tokoh yang memiliki kedudukan khusus dalam ajaran agama mereka.

Setiap peringatan penting mengenai Ahlul Bait, seperti Asyura yang memperingati tragedi Karbala, diadakan dengan penuh penghormatan dan ritual khusus sebagai bentuk penghargaan terhadap mereka.

4. Perayaan Asyura

Perayaan Asyura adalah salah satu contoh perbedaan yang mencolok antara sunni dan syiah. Bagi syiah, Asyura adalah hari yang penuh kesedihan, memperingati kematian Husain bin Ali di Karbala, yang dianggap sebagai simbol perjuangan melawan ketidakadilan. Mereka memperingati hari ini dengan berbagai kegiatan seperti pawai, doa, dan ritual khusus.

Baca juga :  Pentingnya Menghargai Hal-hal Kecil dalam Kehidupan

Sunni juga mengenali Asyura, tetapi lebih menekankan pada aspek puasa dan doa yang dianjurkan pada hari tersebut. Mereka tidak merayakannya dengan cara yang sama seperti syiah, dan lebih menganggapnya sebagai kesempatan untuk berdoa dan merenung tanpa melibatkan ritual yang terlalu formal.

5. Ajaran tentang Kematian dan Hari Kiamat

Dalam ajaran sunni, keyakinan tentang kematian dan hari kiamat umumnya lebih menekankan pada amalan perbuatan dan niat selama hidup di dunia. Mereka percaya bahwa setiap individu akan dihisab menurut amal perbuatannya.

Bagi syiah, keyakinan ini serupa, tetapi mereka juga menambahkan bahwa imam yang mereka ikuti akan memberikan syafaat (pertolongan) pada hari kiamat bagi pengikut setianya.

Hal ini mencerminkan perbedaan pandangan tentang peran imam dalam kehidupan akhirat, yang bagi syiah merupakan tokoh yang tidak hanya memimpin di dunia, tetapi juga akan memberikan pertolongan bagi umatnya di akhirat. Pandangan ini menguatkan keyakinan syiah bahwa imam memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan otoritas dalam hal spiritual.

6. Perbedaan dalam Hukum dan Fiqih

Dalam bidang fiqih, sunni dan syiah memiliki beberapa perbedaan dalam hal interpretasi hukum Islam. Meskipun keduanya mengikuti prinsip dasar Al-Qur’an dan Hadis, mereka mengembangkan sistem hukum yang sedikit berbeda. Sunni memiliki empat mazhab besar, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, yang memiliki variasi dalam hal penafsiran dan aplikasi hukum.

Syiah, di sisi lain, lebih mengutamakan mazhab Ja’fari dalam penerapan hukum, yang didasarkan pada ajaran Imam Ja’far al-Sadiq. Dalam hal-hal tertentu, seperti perayaan dan ibadah, terdapat perbedaan cara pelaksanaan yang cukup mencolok. Namun, meskipun ada perbedaan, kedua kelompok ini tetap berpegang pada prinsip dasar ajaran Islam.

7. Struktur Keagamaan dan Organisasi

Struktur organisasi dalam sunni dan syiah juga memiliki perbedaan yang signifikan. Sunni lebih mengutamakan otonomi dalam urusan keagamaan, di mana setiap individu atau kelompok dapat mengikuti mazhab tertentu tanpa adanya pengawasan pusat.

Di sisi lain, syiah memiliki sistem kepemimpinan yang lebih terstruktur, dengan adanya otoritas pusat yang dipimpin oleh seorang marja’ atau ulama besar yang memiliki pengaruh besar dalam hal agama dan politik.

Syiah mengakui marja’ sebagai pemimpin spiritual yang dapat memimpin umat dalam berbagai hal, mulai dari masalah agama hingga kehidupan sosial-politik. Dalam hal ini, struktur keagamaan syiah lebih terpusat dan memiliki sistem hierarki yang jelas dibandingkan dengan sunni.

8. Sikap terhadap Pemerintah dan Politik

Sunni dan syiah memiliki pandangan yang berbeda mengenai hubungan agama dan politik. Sunni cenderung lebih fleksibel dalam hal ini, di mana mereka tidak menganggap adanya pemisahan yang ketat antara agama dan politik, tetapi juga tidak menganggap pemerintahan sebagai bagian dari ajaran agama. Mereka lebih menerima berbagai bentuk pemerintahan asalkan tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam.

Syiah, di sisi lain, lebih menekankan pentingnya kepemimpinan politik yang sesuai dengan prinsip agama. Mereka lebih cenderung mendukung sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang imam atau pemimpin yang memiliki otoritas spiritual. Hal ini menyebabkan syiah sering kali terlibat dalam gerakan-gerakan politik yang menuntut penerapan prinsip agama dalam sistem pemerintahan.

9. Pandangan terhadap Khalifah dan Imam

Sunni dan syiah memiliki pandangan yang berbeda mengenai siapa yang berhak memimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad. Sunni menganggap khalifah dipilih berdasarkan musyawarah dan konsensus umat, sedangkan syiah berpendapat bahwa pemimpin (imam) harus berasal dari keluarga Nabi, yang diyakini memiliki otoritas dan pengetahuan khusus dalam urusan agama dan politik.

Hal ini menunjukkan perbedaan dasar dalam konsep kepemimpinan yang berpengaruh pada struktur sosial dan keagamaan masing-masing kelompok.

10. Pemahaman tentang Syafaat dan Doa

Syiah memiliki keyakinan bahwa imam-imam mereka memiliki kemampuan untuk memberikan syafaat atau pertolongan kepada pengikutnya pada hari kiamat. Mereka menganggap bahwa imam memiliki peran penting dalam kehidupan spiritual dan akhirat. Di sisi lain, sunni lebih menekankan pada amalan individu dan percaya bahwa syafaat hanya diberikan oleh Allah dan Nabi Muhammad.

Meskipun keduanya meyakini pentingnya doa, perbedaan pandangan ini mencerminkan perbedaan pemahaman mengenai kekuatan dan peran figur keagamaan dalam kehidupan umat.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, perbedaan sunni dan syiah mencakup berbagai aspek, mulai dari sejarah, kepercayaan, hingga praktik ibadah. Meskipun ada perbedaan mendalam dalam cara mereka menjalankan ajaran Islam, kedua kelompok ini tetap berpegang pada pokok ajaran yang sama, yaitu iman kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Memahami perbedaan sunni dan syiah akan membantu kita untuk lebih menghargai keragaman dalam umat Islam dan hidup berdampingan dalam kedamaian.Untuk informasi lebih lanjut tentang golongan-golongan dalam Islam, Anda bisa membaca 73 Golongan Islam yang memberikan wawasan lebih dalam.

FAQ

1. Apa yang menjadi penyebab utama perbedaan sunni dan syiah?

Perbedaan utama antara sunni dan syiah bermula dari masalah kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad.

2. Apakah perbedaan dalam salat antara sunni dan syiah berpengaruh pada kesahihannya?

Meskipun cara salatnya berbeda, kedua aliran tetap menganggap salat sebagai ibadah yang sah menurut ajaran Islam.

3. Apakah semua umat Islam mengikuti ajaran sunni atau syiah?

Tidak semua umat Islam mengikuti salah satu aliran ini; ada juga golongan-golongan lain yang mengikuti ajaran Islam secara berbeda.

4. Bagaimana pandangan sunni dan syiah terhadap Ahlul Bait?

Sunni menghormati Ahlul Bait dengan cara yang lebih sederhana, sementara syiah memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada mereka.

5. Apakah ada perbedaan dalam cara puasa antara sunni dan syiah?

Secara umum, kedua aliran memiliki cara puasa yang sama, tetapi terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaan dan niat puasa di beberapa negara.

Rachmat Razi

Writer

Explore Topics

About Us

ceritaberkat.com adalah blog yang berisi tentang informasi-informasi manfaat kebaikan dan moto kehidupan yang dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk di terapkan sehari-hari.

© 2025 Cerita Berkat. All Rights Reserved.